Senin, 30 Juni 2014

Coba Dongeng 2



Seorang anak gembala selalu menggembalakan domba milik tuannya dekat suatu hutan yang gelap dan tidak jauh dari kampungnya. Karena mulai merasa bosan tinggal di daerah peternakan, dia selalu menghibur dirinya sendiri dengan cara bermain-main dengan anjingnya dan memainkan serulingnya.
Suatu hari ketika dia menggembalakan dombanya di dekat hutan, dia mulai berpikir apa yang harus dilakukannya apabila dia melihat serigala, dia merasa terhibur dengan memikirkan berbagai macam rencana.
Tuannya pernah berkata bahwa apabila dia melihat serigala menyerang kawanan dombanya, dia harus berteriak memanggil bantuan, dan orang-orang sekampung akan datang membantunya. Anak gembala itu berpikir bahwa akan terasa lucu apabila dia pura-pura melihat serigala dan berteriak memanggil orang sekampungnya datang untuk membantunya. Dan anak gembala itu sekarang walaupun tidak melihat seekor serigala pun, dia berpura-pura lari ke arah kampungnya dan berteriak sekeras-kerasnya, "Serigala, serigala!"
Seperti yang dia duga, orang-orang kampung yang mendengarnya berteriak, cepat-cepat meninggalkan pekerjaan mereka dan berlari ke arah anak gembala tersebut untuk membantunya. Tetapi yang mereka temukan adalah anak gembala yang tertawa terbahak-bahak karena berhasil menipu orang-orang sekampung.
Beberapa hari kemudian, anak gembala itu kembali berteriak, "Serigala! serigala!", kembali orang-orang kampung yang berlari datang untuk menolongnya, hanya menemukan anak gembala yang tertawa terbahak-bahak kembali.
Pada suatu sore ketika matahari mulai terbenam, seekor serigala benar-benar datang dan menyambar domba yang digembalakan oleh anak gembala tersebut.
Dalam ketakutannya, anak gembala itu berlari ke arah kampung dan berteriak, "Serigala! serigala!" Tetapi walaupun orang-orang sekampung mendengarnya berteriak, mereka tidak datang untuk membantunya. "Dia tidak akan bisa menipu kita lagi," kata mereka.
Serigala itu akhirnya berhasil menerkam dan memakan banyak domba yang digembalakan oleh sang anak gembala, lalu berlari masuk ke dalam hutan kembali.
Pesan Moral: Pembohong tidak akan pernah di percayai lagi, walaupun saat itu mereka berkata benar.

Coba Dongeng


Pada suatu masa, ada seorang baron (sebutan bangsawan Inggris) yang juga merupakan seorang yang menguasai ilmu sihir dan bisa meramalkan sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Suatu hari, ketika anaknya yang masih kecil berusia empat tahun, dia melihat ke dalam Buku Takdir untuk melihat apa yang akan terjadi di masa depan anaknya.
Dia menjadi cemas saat dia mendapati kenyataan bahwa bahwa putranya kelak akan menikah dengan seorang gadis dari kalangan bawah yang baru saja lahir. Sang Baron pun mengetahui bahwa ayah dari gadis kecil itu sangatlah miskin, dan dia telah memiliki lima anak.
Secepatnya dia menunggang kudanya, dan berkuda menuju ke rumah pria miskin tersebut, dan saat dia mendekati rumah pria yang anaknya baru saja lahir, dia melihat pria ini duduk dekat pintu, dengan muka sedih dan muram.
Sang Baron pun turun, berjalan ke dekat pria yang bersedih itu, dan berkata, "Apa yang terjadi, wahai Bapak yang baik?"
Pria yang ditanya pun menjawab, "Yang Mulia, terus terang, aku telah memiliki lima orang anak, dan sekarang keenam yang baru saja lahir, seorang anak perempuan. Di mana aku bisa mendapatkan roti untuk untuk mengisi perut mereka, aku tidak tahu lagi apa yang harus aku katakan."
"Jangan berputus asa, Bapak yang baik," kata sang Baron. "Jika hanya itu masalah Anda, aku dapat membantu Anda. Kebetulan aku sedang mencari anak perempuan kecil agar ada yang menemani anak saya nantinya, jika Anda berkenan, Aku akan memberikan anda 10 keping emas sebagai gantinya."
"Terima kasih banyak, Yang Mulia," kata pria itu dengan gembira karena selain mendapatkan uang, bayi perempuannya yang baru lahir akan mendapatkan rumah yang layak, karena itu dia lalu masuk ke dalam rumah serta keluar kembali sambil membawa bayi kecil yang baru lahir. Dia lalu menyerahkannya kepada sang Baron, yang membungkusnya dengan jubahnya lalu menaiki kudanya dan pergi bersama bayi tersebut. Tetapi sesampainya di pinggiran sebuah sungai, dia membuang bayi tersebut ke sungai yang mengalir deras, lalu berkata sambil berkuda untuk pulang ke kastilnya:
"Pergilah bersama takdirmu!"
Tetapi gadis kecil itu tidak tenggelam, jubah yang membungkus tubuh bayi itu menahannya agar tidak tenggelam untuk sementara waktu, dan dia pun terapung-apung di sungai, hingga akhirnya terdampar di depan sebuah gubuk nelayan yang saat itu sedang memperbaiki jalanya. Nelayan dan istrinya ini tidak memiliki anak dan mereka sangat menginginkan kehadiran seorang anak. Saat nelayan tersebut melihat bayi kecil yang terdampar, ia menjadi sangat bahagia dan membawanya pulang untuk diperlihatkan kepada istrinya, yang menerima bayi tersebut dengan tangan terbuka.
Di sanalah bayi tersebut menetap hingga berusia dewasa, dan bayi tersebut tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik. Pada suatu hari, sang Baron pergi berburu dengan beberapa orang sahabatnya di sepanjang tepi Sungai Ouse, dan berhenti di sebuah gubuk nelayan untuk minum.
Seorang gadis yang sangat cantik keluar untuk memberikan air minum kepada mereka. Sahabat-sahabat sang Baron kagum saat melihat kecantikan gadis itu, dan salah satu di antara mereka berkata kepada Baron, "Baron, Anda dapat meramal nasib, coba ramalkan nasib gadis itu, kira-kira dia akan menikah dengan siapa?"